
B : "pengen sih, tapi sekarang belum siap, aku aja masih suka melakukan apa pun seenaknya, lebih baik perbaiki akhlak dulu sebelum berhijab, supaya jatohnya aku ngga menodai makna hijab"
A : "he? bukannya itu wajib ya? ngga ada hubungannya dengan akhlakmu"
B : "memang, tapi nanti aja, seperti yang aku bilang tadi, dan sambil nunggu hidayah, siapa tau nanti aku dapet hidayah dan bisa berhijab dengan seutuhnya."
blogkmp.net - Cuplikan dialog di atas adalah sekelumit contoh dari sekian banyak ajakan kebaikan yang sering kita tolak dengan berbagai alasan, mulai dari belum siap, belum dapat hidayah, dan sebagainya.
Mau shalat tapi nanti kalo sudah dapet hidayah, mau ngaji tapi nanti kalo sudah dapet hidayah, mau puasa tapi nanti kalo sudah dapet hidayah, mau berhijab tapi nanti kalo sudah dapet hidayah.
Belum mau melakukan karena merasa belum dapat hidayah walaupun sudah banyak yang mengajak dan menasehati.
***
Mengenai ucapan "nanti kalo sudah dapet hidayah", seberapa besar keyakinan kita bahwa Allah akan berkenan menurunkan hidayah kepada kita? sedangkan, begitu banyak petunjuk dan ajakan kebaikan yang kita peroleh tapi malah kita berpaling dan memilih untuk meninggalkannya.
Dalam satu hari, minimal 17 kali kita membaca surat Al Fatihah dalam setiap rakaat shalat 5 waktu kita. Yang pada salah satu ayatnya memiliki arti "tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS Al Fatihah : 6).
Kenapa setiap hari kita membaca ayat ini? padahal kita sudah berada di jalan Islam, kita sudah shalat, kita sudah rajin bersedekah, setiap tahun kita tidak lepas dari membayar zakat, puasa Ramadhan tidak pernah bolong, ditambah lagi puasa sunnah sudah rajin kita kerjakan, apakah dengan itu semua pun kita masih sesat?
Dalam surah Al Fatihah tersebut Allah mengajarkan kita untuk selalu berdoa kepadaNya agar Allah selalu memberikan hidayahNya kepada kita.
Kenapa? karena seberapa besarpun amalan yang sudah kita kerjakan, godaan syaitan tidak akan pernah berhenti datang bahkan hingga kita sedang menghadapi proses sakaratul maut. Hanya dengan hidayah Allah lah kita akan bisa selamat dari godaan-godaan tersebut.
Di sini menunjukkan bahwa hidayah itu perlu proses untuk mendapatkannya, kita harus berdoa memohon kepada Allah sebagai satu-satunya yang memiliki kuasa untuk memberikan ataupun mencabut hidayah kepada siapa saja.
Selain berdoa, kita dituntut untuk tidak hanya diam menunggu, tetapi aktif berusaha mengejar hidayah tersebut melalui petunjuk-petunjuk yang sudah Allah berikan, nasehat dan ajakan-ajakan kebaikan, dan sebagainya.
Tunjukkan pada Allah bahwa kita benar-benar berharap dan pantas mendapat hidayahNya melalui doa dan usaha yang pantang menyerah. Dengan memperbanyak ibadah, rajin menghadiri majelis ilmu, terutama ilmu agama, bergaul di lingkungan yang baik, serta memiliki niat dan usaha untuk menjalankan setiap nasihat baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Mari kita introspeksi diri kita, siapa sih kita ini sehingga begitu sombongnya dan sangat yakin sekali bahwa Allah suatu saat nanti akan memberikan hidayahNya kepada kita? sedangkan kita masih sering menolak berbagai nasihat dan petunjuk kebenaran walaupun kita tahu petunjuk dan nasihat itu adalah sesuatu yang benar yang datangnya dari Allah. bukan karena belum mampu melaksanakannya, tetapi karena belum mau melaksanakannya.
Sudah pantaskah kita mendapat hidayah dari Allah? bahkan orang yang paling sholeh pun jika Allah berkehendak untuk mencabut hidayah darinya maka tak ada yang dapat mencegah.
Jadi, masih mau menunggu hidayah? sampai kapan? kalau yang datang malaikat maut Izrail duluan bagaimana? Na'udzubillah mindzalik.
Terus belajar, berusaha, dan berdoa, jangan mau kalah sama godaan dan tipu daya syaitan.
Tinggalkan komentar ya, supaya kami bisa terus meningkatkan kualitas tulisan dan informasi di blog ini. EmoticonEmoticon